Kamis, 24 April 2014

Candi Rimbi ; Pendharmaan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi

Candi Rimbi- Jombang

Candi Rimbi berlokasi di Desa Pulosari, Kec. Bareng, Kab. Jombang. Runtuhan Candi Rimbi ditemukan oleh orang Inggris yang bernama Alfred Wallace, ketika melewati tempat itu saat mengoleksi tanaman di Wonosalam sekitar akhir abad 19. Daerah ini terletak dikaki sebelah barat gunung Anjasmoro, berada diantara hunian penduduk,persawahan dan  hutan lebat disekelilingnya serta pemandangan yang indah.
Candi Rimbi adalah peninggalan agama Hindu dari masa Klasik Majapahit merupakan candi pendharmaan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi ibunda dari Prabu Hayam Wuruk.
 Candi ini juga sering disebut Cungkup Pulo. Nama Rimbi dikaitkan dengan nama tokoh pewayangan bernama Arimbi, isteri Werkudara atau yang lebih dikenal dengan nama Bima.
Pintu Masuk Candi Rimbi

Arsitektur Candi Rimbi

 Situs ini berada pada areal seluas 896.56 meter persegi, berdiri diatas tanah agak tinggi dari sekitarnya. Bangunan terbuat dari batu andesit, sedang pondasinya dari batu bata. Bangunan yang masih ada sekarang memiliki ukuran panjang 13,24 meter, lebar 9,10 meter dan tinggi 12 meter. Sekitar 1 meter di sekeliling candi terdapat satu lapis batu bata yang ditata miring.
Candi Rimbi menghadap ke barat. Secara vertikal terdiri dari kaki dan tubuh candi. Namun, bagian tubuh candi tinggal separoh, karena mengalami kerusakan. Begitu juga dengan atapnya, sudah runtuh. 
Tampak Depan Candi Rimbi yang Menghadap ke Barat
Terdapat Undakan di Bagian Depan Untuk Menuju Bilik Candi
Tampak Samping Kiri atau Sebelah Selatan Candi yang Bagian Tubuhnya Sudah Hancur Sebagian
Tampak Sebelah Kanan atau Utara Candi yang Sebagian Tubuhnya Masih Utuh
Tampak Sebelah Kanan atau Utara Candi yang Sebagian Tubuhnya Masih Utuh

 Panil Relief Candi Rimbi

Hampir sebagian besar bagian atasnya sudah hancur tetapi bagian bawahnya masih dalam kondisi baik dan dihias oleh gambar yang menyambung mengartikan sesuatu mengelilingi dinding luar.
 Daya tarik Candi Rimbi adalah adanya panil-panil relief yang menghiasi dinding kaki. Panil-panil ini berisi cerita tentang binatang dan keagamaan. Namun, belum diketahui apa isi cerita relief tersebut.
Di dinding kaki sebelah utara terdapat terdapat 17 bidang relief. Salah satunya, relief sepasang pengantin yang berada di dalam tempayan (gentong). 
Ada pula relief sepasang pria dan wanita. Sang pria sedang mencangkul, sedang yang wanita membawa payung. Di kaki sisi timur, juga dihiasi 17 bidang relief cerita binatang dan kegiatan keagamaan. 
Sedang di sisi selatan terdapat 8 buah bidang.

Panil-panil relief yang menghiasi kaki Candi Rimbi

Panil relief yang menghiasi bagian depan/sebelah kanan candi Rimbi
Sebuah lapik yang terletak di halaman candi menyisakan potongan kaki arca. Sebuah hiasan kala dengan ukuran agak besar juga tergeletak di salah satu sudut halaman candi. Diperkirakan, batu berelief kala ini dahulu digunakan untuk menghiasi pintu masuk ke ruangan (bilik) candi sebagaimana umumnya candi dari masa Klasik.
Bongkahan bebatuan reruntuhan candi yang diletakkan di sekitaran candi


Berdasarkan seni arsitektur bangunan, Candi Rimbi berlatar belakang Hindu. Hal ini, ditandai penemuan Arca-arca Hindu juga ditemukan di halaman candi, yang berupa arca Dewi Parwati (isteri Dewa Siwa) yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
 Arca Parwati ditemukan di ruang utama candi. Tetapi, ruangan ini sudah tidak ada lagi, karena separoh dari badan candi sudah runtuh.
 Patung Ratu Tribhuwana Tunggadewi yang digambarkan sebagai patung Dewi Parwati, saat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta dan satu lagi patung Dewi Durga di Museum Trowulan.

Arca Parwati yang ditemukan di Candi Rimbi kini berada di Museum Nasional Jakarta. Parwati adalah sakti dewa Siwa. Dikenal sebagai simbol wanita yang benar-benar mempunyai seluruh syarat terbaik sebagai seorang wanita, ibu dan istri. Selain itu Parwati juga dianggap sebagai dewi lambang kesuburan, bersama-sama dengan Siwa, mereka berdua sering digambarkan sebagai yoni (simbol wanita) dan lingga (simbol laki- laki) yang nantinya akan melahirkan kekuatan, dan kelangsungan hidup manusia.

Arca Parwati (Durga) yang ditemukan di Candi Rimbi melukiskan Tribhuwana Wiajaya Tunggadewi, ratu Majapahit yang memperintah pada 1328 - 1350 M. Tribhuwana Wijayatunggadewi atau Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani adalah penguasa ketiga Majapahit. Sewaktu gadis ia bernama Sri Gitarja, dan ia adalah puteri Raden Wijaya dari Gayatri.


 Selain perwujudan Arca Dewi Parwati juga ditemukan Arca Dewi Durga yang kini berada di Museum Trowulan. Yang nampak lain adalah patung Durga dari candi Rimbi ini. Patung Durga dari candi Rimbi ini digambarkan berdiri dengan kedua kaki terbentang (pada umumnya Durga digambarkan dalam sikap tribhangga), menyeringai sehingga memperlihatkan gigi taringnya yang tajam, mata melotot dan rambut terurai tak beraturan.
 Arca Dewi Parwati/Dewi Uma ini, dalam perwujudan Durga Mahisasuramardhini dimana dilukiskan sedang berjuang mengalahkan Asura dalam wujud raksasa, dikisahkan Kahyangan tempat para Dewa tinggal, mengalami kekacauan akibat ulah seekor kerbau (Mahisa). Prajurit para Dewa tidak mampu mencegah, berkat kesaktiannya Dewi Parwati (Sakti/istri) Dewa Siwa, berubah wujud menjadi Dewi Durga, yaitu seorang Reksasi, dengan gagah berani dihadapi Mahisa yang sedang mengamuk tersebut.
Tipe patung Dewi Durga Mahesasuramardhini yang ada di Candi Rimbi boleh dikatakan adalah tipe kecantikan yang serba kaku, keras kepala, menunjukkan ke-aku-an yang menonjol, bahkan dalam gerakannya terlihat keinginan untuk diperhatikan. Tipe ini juga nampak garang dan terkesan tidak bisa menyembunyikan apa yang tengah dialami, dan justru inilah daya tariknya.

Durga paling sering digambarkan dalam adegan mengalahkan Asura, namun di Jawa (atau Indonesia umumnya) sangat jarang ditemukan wajah Durga yang menunjukkan dirinya sebagai seorang raksasi, sebaliknya Durga selalu digambarkan dengan penuh kelembutan seorang wanita.
Hal ini tentu saja disebabkan karena pengaruh dari aliran keagamaan yang melatar belakangi pembuatan patung tersebut, yaitu aliran Tantrayana. Tantrayana adalah salah satu aliran dalam agama Hindu yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan raja Kertanegara, yaitu akhir dari kerajaan Singosari, walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa agama Hindu yang masuk di Indonesia sudah menunjukkan adanya pengaruh Tantris tersebut


Pemandangan Sekitar Candi Rimbi

Tampak Areal Persawahan Menghijau di Bagian Depan dan Sisi Kanan-Kiri Candi, jika cuaca cerah dari sini kita dapat menikmati pemandangan Gunung Anjasmoro

Bunga Mawar yang sedang mekar di kawasan candi, sempat tergoda ingin memetiknya. Tapi untunglah cepat tersadar. Akhirnya hanya mengambil gambarnya saja. Biarlah keindahan dan keharuman mawar ini berpadu indah dengan kesakralan Candi Rimbi :)

Narsis Time bersama ananda kami yang masih imut dan unyu-unyu :D Welcome to the jungle Ananda Dhimas

Senja mulai tiba, hari mulai gelap....saatnya kami bergegas untuk pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar