Kamis, 27 Maret 2014

Astana Giribangun ; Peristirahatan Terakhir Presiden Soeharto dan Keluarga



Astana Giribangun adalah sebuah mausoleum bagi keluarga mantan presiden Indonesia ke-2, Suharto. Lokasinya berada di sebelah timur kota Surakarta, Indonesia, tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, sekitar 35 km dari Surakarta.

 Makam ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram. Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 666 meter dpl.
Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.
Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu dengan alasan; untuk tetap menghormat para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegoro III.

Astana Giri Bangun dibangun pada tahun 1974 oleh Yayasan Mangadeg Surakarta, dan diresmikan penggunaannya para tahun 1976. Peresmian itu ditandai dengan pemindahan sisa jenazah Soemaharjomo (ayah Tien Soharto) dan Siti Hartini Oudang (kakak tertua Ibu Tien), yang keduanya sebelumnya dimakamkan di Makam Utoroloyo, salah satu makam keluarga besar keturunan Mangkunegaran yang berada di Kota Solo.

 Bagi pengunjung yang membawa kendaraan bermotor, dipungut retribusi oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk pemeliharaan jalan menuju Astana Giribangun. Pada tahun 2014, retribusi untuk minibus adalah sebesar Rp 5.000. Di lokasi makam, pihak yayasan memungut biaya parkir, untuk minibus sebesar Rp 3.000.
Selain itu, terdapat beberapa pungutan tanpa tanda bukti yang dilakukan oleh yayasan. Yayasan memungut "biaya administrasi" untuk selembar surat ijin masuk makam dengan nilai seikhlasnya. Surat ijin itu diminta kembali oleh yayasan ketika memasuki cungkup Argosari.

Pengurusan Surat Ijin Masuk Areal Astana Giri Bangun


 Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara. Sisi selatan berbatasan langsung di jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang berkelok-kelok indah dipandang dari areal makam. Terdapat pula pintu di bagian timur kompleks makam yang langsung mengakses ke Astana Mangadeg.

Pintu Utama Astana Giribangun terletak di sebelah utara

Pintu Timur, Jalan Pintas Menuju Astana Mangadeg










 Komplek makam ini memiliki tiga tingkatan cungkup (bangunan makam): cungkup Argo Sari teletak di tengah-tengah dan paling tinggi, di bawahnya, terdapat cungkup Argo Kembang, dan paling bawah adalah cungkup Argo Tuwuh.

Cungkup Argo sari

 Makam yang luas itu terdiri dari beberapa bagian. Di antaranya adalah bagian utama yang disebut Cungkup Argosari yang berada di dalam ruangan tengah seluas 81 meter persegi dengan dilindungi cungkup berupa rumah bentuk joglo gaya Surakarta beratap sirap. Dinding rumah terbuat dari kayu berukir gaya Surakarta pula.
Di ruangan ini hanya direncanakan untuk lima makam. Saat ini paling barat adalah makam Siti Hartini, di tengah terdapat makam pasangan Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien) dan paling timur adalah makam Ibu Tien Soeharto. Tepat di sebelah barat makam Ibu Tien terdapat makam Bapak Soeharto.
Masih di bagian Argosari, tepatnya di emperan cungkup seluas 243 meter persegi, terdapat tempat yang direncanakan untuk makam 12 badan yakni diperuntukkan untuk putra-putri mantan Presiden Soeharto.
Di beranda cungkup seluas 405 meter persegi terdapat areal untuk 48 badan. Yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah penasihat, pengurus harian serta anggota pengurus Yayasan Mangadeg yang mengelola pemakaman tersebut. Termasuk yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah pengusaha Sukamdani Sahid Gitosardjono beserta istri.

Pintu Masuk Cungkup Argo Sari

 
Makam Bapak Presiden Soeharto dan Ibu Negara Tien Soeharto beserta Kedua Orang tua
Cungkup Argosari di Astana Giribangun
Emperan Cungkup Argosari
Beranda Cungkup Argosari
Beranda Cungkup Argosari
Di Beranda Cungkup Argosari Terdapat Foto Bapak Presiden Soeharto dilengkapi Tulisan-tulisan Filosofi Jawa

 

 Argo Kembang

Bagian yang berada di luar lokasi utama adalah Cungkup Argokembang seluas 567 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 116 badan. Yang dapat dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang dianggap berjasa kepada yayasan yang mengajukan permohonan untuk dimakamkan di astana tersebut.

Argo Tuwuh

 Paling luar adalah Cungkup Argotuwuh seluas 729 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 156 badan. Seperti halnya Cungkup Argo Kembang, yang berhak dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang mengajukan permohonan.


Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya. Di antaranya adalah masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto jika berziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga.
Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas. Di masa Soeharto berkuasa, di areal ini terdapat puluhan kios pedagang yang berjualan suvenir maupun makanan untuk melayani peziarah dan wisatawan. Namun kini di tempat itu tidak diizinkan lagi menjadi tempat berjualan dengan alasan keamanan dan ketenangan.



Mesjid Astana Giribangun

Wisma Lerem ; Tempat Peristirahatan bagi Kerabat Bapak Soeharto Ketika Berziarah


 Astana Giribangun berada di atas bukit yang memiliki pemandangan alam yang indah, taman-taman yang menghijau, dan suasana yang rindang. Kondisi ini membuat suasana nyaman bagi para peziarah saat berada di kawasan kompleks makam.
 Berada di Astana Giribangun , merasakan kentalnya budaya Jawa yang masih kuat menaungi alam sekitarnya, ketika berada di kios souvenir sambil melihat video pidato dan perjalanan kenegaraan  mantan presiden Indonesia, Bpk Soeharto dengan senyum khasnya yang sangat teduh dan kembali melihat Ibu Tien yang setiap kesempatan selalu berpenampilan dengan kebaya dan jarik serta konde khas wanita Jawa yang merupakan busana nasional Indonesia membuat kerinduan akan sosok beliau berdua semakin menyeruak, yang pernah mengantarkan dan membangun Indonesia menjadi maju seperti sekarang, pembangunan merata hampir ke pelosok Nusantara.
 Terimakasih Bapak dan Ibu atas segala jasa-jasa dan pengorbananmu untuk membangun Indonesia Tercinta, semoga alam semesta membalasnya dengan kebaikan yang berlipat-lipat, semoga kami tetap bisa menghormati setiap pengorbanan elemen bangsa tanpa terkecuali, dan semoga kami bisa menjadi bangsa yang bijak menyikapi semua isu dengan obyektif.
 Karena tidak ada sejarah yang benar-benar putih tanpa bernoda.

 Jika kita berada di Astana Imogiri Yogyakarta (Makam Dinasti Mataram) terdapat kuliner khas sana yakni wedhang uwuh, maka disini banyak sekali dijual camilan tradisional ketan putih dan arem-arem yang lezat :D
Silahkan mencobanya kawan,ketika berziarah ke Astana Giribangun yang masih berada di lereng gunung lawu ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar